Foto bersama narasumber dan para petani muda (dok Pribadi) |
Pelatihan
ini merupakan kolaborasi antara para petani muda dengan Universitas Khairun
(Unkhair) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan
Kantor Wilayah Bank Indonesia Maluku Utara.
Pelatihan
diselenggarakan pada Minggu (14/12/2024) pagi hingga sore, dengan tema “Meningkatkan
Pengetahuan Petani, untuk Hasil yang Optimal”.
Acara
tersebut menghadirkan pemateri dari Unkhair dan MES, Iqbal M. Aris Ali, Himawan
Sardju, dan Safri Paniagoro. Sedangkan dari Bank Indonesia, Marthin.
Dalam sambutannya,
Ketua Hangout and Friends Rachmat A. Seber, menjelaskan bahwa kegiatan seperti
ini bertujuan untuk menambah pengetahuan petani. Pelatihan ini sangat
bermanfaat karena pemateri memiliki kompetensi pada bidang masing-masing.
“Dari
Unkhair memberikan pengetahuan bagaimana cara mengelola uang agar bisa efisien
dan efektif, memiliki strategi memasarkan produk tani, dan mengetahui siklus
hidup produk pertanian. Sedangkan Bank Indonesia akan berbagi ilmu pembuatan
pupuk kompos,” jelas Rachmat.
Iqbal menyampaikan teknik menyusun rencana keuangan. Menurutnya, semua tahu bagaimana cara mengatur uang, tetapi hanya sedikit yang mau menghitung dan mencatatnya. Menyusun rencana keuangan akan memberikan manfaat. Manfaatnya adalah dapat memeriksa keuangan sehat atau sakit. Kalau sehat maka perlu diinvestasikan kalau sakit perlu dicari solusinya, agar kembali sehat.
“Kadangkala kita mudah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Tetapi karena tidak mencatat dan gengsi akibatnya pengeluaran lebih banyak untuk belanja yng konsumtif bukan produktif,” kata Iqbal.
Selanjutnya,
Himawan menjelaskan bagimana proses
hidup suatu produk. Kehidupan suatu produk penting untuk dipahami. Tujuannya,
petani akan mempersiapkan rencana produk dan pemasarannya.
“Setiap produk ada masa tahapannya, mulai dari
pengenalan, pertumbuhan, pematangan, dan penurunan. Sebagai contoh pada produk
pertanian, dengan mengetahui proses tersebut petani dapat menjamin kontinuitas
produksi dan menyiapkan rencana pada setiap tahapan agar dapat mengidentifikasi
keunggulan dan kelemahan,” terangnya.
Safri
sebagai pemateri ketiga, menjelaskan pentingnya saluran distribusi, hasil
pertanian dapat tiba pada konsumen dengan harga yang efisien dan sesuai
harapan.
“Persoalan
yang seringkali ditemui adalah ketidakpastian produksi. Padahal konsumen sudah
membutuhkan. Karena itu petani harus menjamin ketersediaan produk dengan
kualitas dan harga yang efisien, sehingga konsumen akan loyal,”jelasnya.
Beberapa solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut, petani perlu membangun kerja sama dengan stake holders untuk bersinergi mengurangi hambatan distribusi dan memanfaatkan media sosial sebagai media promosi yang murah.
Terakhir, Marthin dari Bank Indonesia wilayah Maluku Utara menunjukkan praktik pembuatan kompos dengan bahan baku seperti kotoran hewan, batang pisang, dan sabut kelapa. Dengan bahan baku yang gampang ditemukan, petani dapat mengoptimalkan hasil peratanian. (iq/red)