Duta Baca Indonesia dan Dispersip Ternate Bacarita Gerakan Literasi with Ternate Book Party

Sebarkan:
Duta Baca Indonesia Gol A Gong, Sekretarid Dispersip Kota Ternate Johanna Lusje Lethulur, Arsiparis Ahli Muda Dispersip, Nuraini, dan pengurus Ternate Book Party, mulai bacarita gerakan literasi (Foto: Rudi/asisten Duta Baca Indonesia)
TERNATE, JelajahMalut- “Itu gedung Kearsipan Kota Ternate, tempat saya bekerja,” kata Nuraini Umasugi, Arsiparis Ahli Muda Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kota Ternate. 

Jemarinya menunjuk gedung panjang bercat kuning beratap genteng coklat yang sedang dilewati Sekretaris Dispersip Johanna Lusje Lethulur bersama Duta Baca Indonesia Gol A Gong, Asisten Duta Baca Indonesia, Rudi, dan staf Dispersip, Murni. Gol A Gong diperlihatkan gedung tempat penyimpanan berbagai arsip sejarah yang terletak di dalam Benteng Oranje itu.  

Empat pegiat literasi ‘berbendera’ Ternate Book Party yang sedang duduk di meja panjang Rotomcafee sumringah, bergegas menyalami Johanna, Paman Gong sapaan akrab Gol A Gong, Nuraini, Murni, dan Rudi, yang tak pelit senyum.

Kami duduk di meja panjang tengah beratap langit, dibenderangi beberapa lampu balon kuning dan putih. Bergabung pula Sekretaris Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) Maluku Utara, Helmi Hi. Yusuf, kemudian Khoko dari media online.  

Kamis (26/9/2024) malam pukul 21.30-22.30 itu, berlangsung diskusi dan berbagi pengalaman bergelut di dunia literasi dengan pengurus Ternate Book Party. Santai tapi serius, sambil meneguk kopi, kentang goreng, dan roti coklat bakar.  

Ide itu muncul sekitar 9 jam sebelumnya. Saat cerita lepas antara Paman Gong, Kepala Dispersip Safia M Nur, Johanna, Nuraini, Khoko, Murni dan Rudi di Royals Resto, setelah melaksanakan program Dispersip Kota Ternate: Gerakan Lietrasi Sekolah (GLS) di SMP Negeri 2 Ternate, diikuti 1036 pelajar SMP yang terletak di Kelurahan Dufa-Dufa, Kecamatan Ternate Utara itu, sejak jam 8 pagi. 

Di Kota Rempah ini, Ternate Book Party belum familiar di semua kalangan karena seumur jagung usianya. “Ternate Book Party di sini baru 3 bulan. Kebanyakan anggotanya mahasiswa, sekarang umum termasuk dosen, dan jumlah anggota kami sudah 260 orang, tiap 6 bulan regenarasi, volunteering, ”tutur Muhammad Arif Setyono, mahasiswa antropologi Unkhair, salah satu inisiator Ternate Book Party.

Secara nasional, ungkap Muhammad, Book Party memiliki program Kids Book Party yang dijalankan semua Book Party di Indonesia. Dalam sebulan Ternate Book Party dua kali review buku secara lisan, dan membaca buku.

Kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan di tempat yang berebeda karena belum punya basecamp, lalu disebarkan di berbagai platform media sosial, dan pernah diliput beberapa media online lokal dan rri.co.id.

Langkah ini dilakukan dengan tujuan supaya orang membaca di ruang publik tidak dianggap aneh oleh masyarakat. “Kalau kita membaca di ruang publik dicibir sok kutu buku, mau jadi professor. Ini yang sedang kami tepis dengan kegiatan membaca dan review buku,” kata salah seorang pengurus Ternate Book Party dari Tidore.

Menurut Nona sapaan akrab Johanna Sekdis Persip itu, Ternate Book Party bisa menjadi role model gerakan literasi di Kota Ternate, dan ke depan bisa bermitra dengan Dispersip. “Ternate Book Party bisa menjadi role model literasi di Kota Ternate karena anggotanya anak-anak muda yang peduli dan kreatif akan isu-isu literasi, walaupun baru seumur jagung usia kehadiran komunitas literasi ini..Insya Allah bisa menjadi mitra Dispersip Kota Ternate ke depan,” kata Nona optimis.

Sementara, Paman Gong menuturkan pengalamanya mendirikan komunitas literasi yang diberi nama Rumah Dunia—dibangun di atas lahan seluas 4000 m2. “Core gerakan Rumah Dunia yaitu sastra, jurnalistik, dan film. Semuanya gratis,” ungkap mantan jurnalis Kompas itu.

Dalam perkembangannya, Paman Gong tak menyangka gerakan mendirikan Rumah Dunia dianggap berhasil oleh pemerintah, sehingga ia didapuk menjadi Ketua FTBM Indonesia, kemudian Duta Baca Indonesia. FTBM berada di bawah Kemendikbud, dan Duta Baca Indonesia, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI.

“Itu karena persoalan trust,” tegas Paman Gong yang sudah 40 tahun bergerak di komunitas literasi. “Jadi harus jaga trust.”

Duta Baca Indonesi keempat setelah Tantowi Yahya, Andy F Noya, dan Nazwah Shihab itu bilang, gerakan Ternate Book Party itu terlalu ekslusif, masih parsial, dan kurang menguasai peta literasi.

Berberda dengan FTBM, tidak ada figur sentral. FTBM dianggap tahu masalah literasi di tingkat grass roots (akar rumput)—sebutan untuk masyarakat bawah, dalam konteks ini gerakan literasi.

Foto bersama usai bacarita gerakan literasi, Paman Gong, Nona, Nuraini, Murni, Helmi Hi Yusuf (kaos hitam), dan pengurus Ternate Book Party
Literasi di Indonesia, lanjut Paman Gong, tak hanya berupa huruf, tetapi mangndung makna daya juang. Karena itu, Ternate Book Party mesti punya basecamp, notaris, company profile, menghasilkan karya, jejaring, personal branding, program internal dan eksternal.

Personal branding bisa melalui karya tulis. Jika Ternate Book Party hanya mereview buku secara lisan akan gampang dilupakan orang. Jika setiap bulan review 1 buku dalam bentuk tulisan maka 1 tahun sudah menghasilan 12 tulisan dan itu sudah jadi satu buku diterbitkan. Apalagi setiap bulan reviewnya lebih dari 1 buku,” jelas Paman Gong.

Menurut penulis 130 buku fiksi, beberapa di antaranya telah difilmkan termasuk Balada Si Roy yang berkisah tentang literasi itu, reaktualisasi program membuat karya tulis termasuk buku lebih elegan.

Selain itu, Ternate Book Party bisa membahas cover buku mulai dari tata letaknya, gambar atau ilustrasi yang dipakai, karena semuanya punya makna yang tidak terlepas dari isi setiap buku. “Narasumbernya para pimpinan media dan penulis buku terkenal di Ternate,” sarannya.

Ia juga menyarankan pentingnya Ternate Book Party mengetahui perayaan hari buku nasional, internasional, dan hari-hari besar lain. Valentine Day atau hari perayaan cinta, persahabatan, dan kekaguman, yang biasanya berbagi coklat, diganti dengan buku. Paman Gong sendiri membuat hari kebangkitan buku pada Hari Kebangkitan Nasional, juga membuat sembako buku.

Adapun keanggotaan, Paman Gong menyarankan Ternate Book Party harus punya persyaratan untuk setiap orang yang mau bergabung, minimal punya 10 buku di rumah, atau merelakan satu ruangan di rumah untuk perpustakaan mini.

Sedangkan terkait keterbatasan buku, Paman Gong menyebut program 1000 buku gratis dari Perpusnas, yang bisa diakses Ternate Book Party, jika memenuhi persyaratan.

Helmi membenarkan itu karena beberapa hari lalu komunitas literasinya telah mendapat bantuan 1000 buku gratis dari Perpusnas.

Masalah lain yang diungkit Paman Gong, masih ada stigma negatif terhadap Dispersip sebagai instansi “buangan” dan kelemahan di Indonesia timur adalah kurangnya kolaborasi. 

Nona mengakui itu dan mengungkap baru satu tahun terakhir Dispersip membangun kolaborasi untuk kegiatan literasi. “Kita akan mendata lagi komunitas-komunitas literasi di Ternate untuk kolaborasi ke depan. Ini perhatian dan komitmen kami di Dispersip,” tandas Nona.  

Begitu juga Helmi, sembari menyarankan Ternate Book Party bisa menggandeng komunitas literasi yang ada. Jika kegiatan bincang literasi lakukan di Kota Tidore Kepulauan yang ditanyakan salah satu pengurus Ternate Book Party, Helmi merekomendasikan mereka bermitra dengan komunitas literasi yang sudah maju. “Seperti Armada Pena dan Literasi Masure, sudah menghasilkan karya buku. Tinggal bagaimana respon Pemkot Tidore,” kata Helmi.

Bila Pemerintah Kota Tidore siap untuk bincang literasi tahun depan, Paman Gong tak keberatan, akan menyisikan waktu untuk hadir.

Jarum jam menunjukan pukul 22.15. Usai foto bersama dan bikin video dengan pengurus Ternate Book Party, Paman Gong dan Rudi pamitan, pagi tadi ke Jakarta. Kami bersalaman. Mobil yang ditumpangi perlahan meninggalkan parkiran. 

Setelah Nuraini dijemput suaminya yang anggota Polisi, dan Nona yang rumahnya tak jauh dari Benteng Oranje, diantar Murni, satu persatu dari kami pun beranjak pergi meninggalkan Benteng peninggalan bangsa kolonial itu. Khoko melajukan motor, ku lihat bintang-bintang di langit belum redup. (ugan)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini