Taufik Madjid |
Masih seperti “sebelum pemekaran”. Kalau pun bergerak maju,
mungkin masih merangkak pelan. Jika dianalogikan sebagai manusia, Maluku Utara
seharusnya sudah tumbuh dewasa. Usia 20 tahun lebih mestinya sudah bisa
mengurus diri sendiri. Tapi itu manusia.
Bagaimana dengan Provinsi Maluku Utara? Provinsi ini juga
dikendalikan oleh manusia. Toh wajah Malut masih terlihat seperti balita yang
terlahir prematur. Sulit sekali berkembang, baik dari sisi fisik maupun
kesejahteraan.
Masalahnya apa? Menurut hemat penulis, salah satunya ada
pada kemampuan manusia yang diberi kepercayaan memimpin. Secara definitif,
Provinsi Malut baru dinakhodai dua figur.
Thaib Armayin mengendalikan provinsi ini selama 10 tahun.
Kemudian tampuk kepemimpinan itu diambil-alih oleh Abdul Gani Kasuba selama 10
tahun.
Sederet masalah ini bukan berarti tidak bisa diselesaikan.
Lebih dari bisa. Maluku Utara butuh figur pemimpin visioner. Punya kemampuan
menyelesakan masalah dengan bijak.
Figur komonikatif yang punya jejaring lintas pemerintah
pusat. Tak sekadar cerdas dan tegas, tapi juga populis dalam merumuskan
kebijakan-kebijakannya.
Tahun 2024 ini adalah momen sirkulasi kepemimpinan melalui
pesta demokrasi yang bernama Pilkada. Warga masyarakat Maluku Utara kembali
diberi kesempatan untuk menentukan arah Maluku Utara kedepan, dengan cara
memilih pemimpin.
Di momen ini, berbagai opsi figur disodorkan kepada
masyarakat. Ada figur yang tumbuh dari partai politik, ada akademisi, ada
birokrasi, ada pengusaha maupun aktivis. Selain itu, berbagai kompetensi pun
ditawarkan.
Sejumlah figur dengan bermacam latar belakang dan kompetensi
yang bermunculan, penulis coba menawarkan satu figur yang bisa merepresentasi
semua kalangan. Anak muda (kelompok milenial), orang tua, aktivis maupun
akademisi. Ya, figur
itu
bernama Taufik
Madjid.
Dia adalah seorang birokrat yang memulai kariernya dari nol.
Sudah menempati berbagai posisi strategis di pemerintahan Provinsi Maluku Utara
hingga akhirnya masuk di jajaran kementerian.
Soal intelektual, jangan ditanya. Jenjang pendidikan doktor
sudah disematkan pada nama depannya. Karier saat mahasiswa cukup cemerlang. Dia
adalah sosok aktivis yang berhimpun di bawah bendera Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII).
Taufik Madjid dipercaya menjadi Ketua Umum organisasi
underbour Nahdatul Ulama itu saat menempuh pendidikan strata 1 di Manado.
Kapasitas, integrititas dan kredibilitasnya lebih dari cukup
untuk memimpin Provinsi Maluku Utara. Menduduki posisi tertinggi di dunia
birokrat, kemampuan alumni SMANSA
Ternate ini sudah lebih dari kata cukup untuk ukuran seorang Gubernur.
Dari sisi integritas dan kredibilitas, Taufik Madjid tak
punya “dosa” yang menghakimi kariernya. Kita bisa mengompariskan berbagai
keunggulan yang dimiliki, nyaris tidak ada noda yang mengotori perjalananya
selama melanglang buana di dunia pemerintahan. Taufik Madjid lebih dari layak
untuk memimpin daerah ini.
Perhatian pada Maluku
Utara
Meski menjadi orang penting di jajaran kementerian, tidak
membuat Taufik Madjid lupa daratan. Sebagian besar program Kementerian Desa
diarahkan ke daerah asalnya Maluku Utara.
Konsentrasi penuh dihabiskan di Maluku Utara. Sejak menjabat
sebagai Sekjen Kementerian Desa, berbagai terobosan sudah dilakukan di Maluku
Utara.
Sebagai orang yang terlahir dari desa, Taufik Madjid paham
betul bagaimana membangun, mengelola dan memajukan desa. Selama menjabat Sekjen
Kemendes, Taufik Madjid mengonsentrasikan gagasan dan pemikirannya untuk ribuan
desa di Maluku Utara.
Tugas dan pengabdiannya menyentuh langsung pada kehidupan
rakyat desa. Gagasannya yang selalu didengungkan adalah “Membangun Desa Sama
dengan Membangun Indonesia”. Baginya, basis pembangunan Indonesia adalah desa.
Desa dalam pandangan Taufik Madjid adalah episentrum baru
pembangunan Indonesia. Pandangan ini mengantarkan kita pada satu titik
pemikiran, bahwa desa bukan lagi daerah tertinggal.
Gagasan ini tentunya menggeser paradigma lama kita, bahwa
orang desa selalu terbelakang. Desa sudah menjadi objek baru pembangunan
bangsa. Desa bukan lagi halaman belakang Indonesia tetapi halaman depan.
Bagi Taufik Madjid, mandat yang diberikan kepada dirinya,
dan kepada siapapun yang menduduki posisi strategis di pemerintahan punya
kewajiban untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat desa.
Pandangan visioner Taufik Masjid tentang pembangunan (desa) tidak sekadar bunyi yang diungkapkan di panggung-panggung. Tindakan dan kebijakannya nyata bagi kemajuan desa, teristimewa desa-desa di Maluku Utara.
Sebagai Sekjen Kemendes, jejak kaki Taufik Madjid nyaris
menapaki tanah di seluruh desa di Indonesia, terkhusus di Maluku Utara. Taufik
Madjid tak sekadar datang menunjukkan wajah tetapi ikut membawa ole-ole buat
warga desa melalui kebijakan Kementerian Desa.
Maluku Utara sendiri memiliki beberapa kabupaten yang masuk
kategori daerah tertinggal. Status yang tidak enak didengar itu, saat ini
disandang dua Kabupaten yakni Kabupaten Kepulauan Sulan dan Kabupaten Taliabu.
Jumlah ini sudah berkurang. Sebelumnya ada Halmahera
Selatan, Halmahera Timur dan Halmahera Tengah. Sebagai anak negeri yang
berkesempatan mengabdi untuk daerah,
Taufik Madjid mengarahkan sejumlah kebijakan dan program
untuk mengentaskan status daerah tertinggal tersebut. Program-program strategis
dan penting diarahkan pada kabupaten-kabupaten tersebut.
Hanya butuh waktu kurang dari 3 tahun, status daerah
tertinggal dicabut dari kabupaten Halteng, Haltim dan Halsel. Kepulauan Sula
dan Taliabu saat ini menuju pengentasan untuk menghapus status sebagai daerah
tertinggal.
Di tingkat desa, tak sedikit yang mendapat perhatian dari
Taufik Madjid. Normalnya, setiap desa pasti mendapat anggaran dari pemerintah
yang disebut Dana Desa.
Terlepas dari Dana Desa, Taufik Madjid juga berperan penting
dalam menyalurkan bantuan ke desa-desa untuk pengembangan sumber daya alam
dalam rangka kesejahteraan warga desa.
Mulai dari pengembangan kawasan wisata, pengembangan
BUMDesa, juga sumber daya lain yang bisa dikelola menjadi pendapatan asli desa.
Di bidang pertanian, Taufik Madjid memasukkan satu program
Kementerian Desa yakni Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD).
Program ini merupakan bentuk upaya Kementerian Desa
meningkatkan potensi desa di sektor pertanian, dalam rangka memberikan
terobosan percepatan pembangunan ekonomi.
Program TEKAD ini hanya memprioritaskan lima provinsi di
Indonesia. Dari 34 Provinsi, Maluku Utara juga masuk dalam lima provinsi yang
mendapat progam TEKAD.
Kita bisa menafsirkan secara bebas, bahwa Taufik Madjid
menjadi sosok yang berperan penting atas masuknya program TEKAD di Maluku
Utara.
Tidak berlebihan jika mengatakan, berkat Taufik Madjid,
desa-desa di Maluku Utara mendapat perhatian lebih dari sisi program, dibanding
desa -desa lain di Indonesia.
Layak Pimpin Maluku Utara
Great Man Theory atau teori orang hebat menyebut, setiap
individu memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin, tanpa kecuali. Meski
individu dilahirkan beragam, justru keberagaman ini menjadi ciri khas yang unik
dari setiap individu.
Setidaknya seseorang menjadi pemipin bagi dirinya sendiri.
Menurut Great Man Theory; kepemimpinan yang hebat adalah akumulasi dari sifat
bawaan sejak lahir dan dibentuk oleh lingkungan.
Bagi Great Man Theory; kita tidak dapat mengidentifikasi
mengenai karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang bisa dikatakan
sebagai pemimpin hebat. Tetapi harus diakui, ada satu orang di antara banyak
individu dalam satu kelompok pasti memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat.
Lantas, apakah di Maluku Utara tidak ada orang hebat? Banyak.
Apakah Maluku Utara krisis figure pemimpin? Tidak. Menurut hemat penulis,
Maluku Utara krisis figure yang punya integritas.
Banyak pemimpin tapi hanya sedikit yang punya integritas.
Nyaris kita tidak menemukan pemimpin yang konsisten antara apa yang diucapkan
dengan tingkah lakunya.
Antara janji dengan kebijakannya, antra perilaku dengan
kata-katanya. Memang sulit menemukan pemimpin yang diidam-idamkan. Sikapnya,
tutur katanya, bahkan kebijakannya disenangi dan membuat semua orang yang
dipimpin sejahtera dan bahagia.
Merujuk pada Great Man Theory, Taufik Madjid layak menjadi
pemimpin Maluku Utara. Selain kepemimpinan adalah sifat bawaan sejak lahir,
juga diperoleh seseorang melalui lingkungan, pengalaman maupun pendidikan.
Untuk opsi yang kedua ini, Taufik Madjid lebih dari cukup
punya jam terbang. Sejak mahasiswa, Taufik Madjid sudah diuji sebagai seorang
pemimpin dengan menjadi Ketua Umum PMII Cabang Manado.
Di level pemerintahan, Taufik Madjid juga sudah menduduki
jabatan Kepala Dinas. Berkat kemampuannya yang mumpuni, Taufik Madjid dipercaya
menduduki jabatan Sekretaris Jenderal Kementerian Desa.
Bicara soal integritas. Nah, mari kita lihat apa yang
diperbuat Taufik Madjid untuk Maluku Utara saat menduduki jabatan penting di
Kementerian. Kita tidak punya ruang untuk menghujatnya.
Sepanjang dia merasa mampu merealisasikan suatu program,
maka dia berani berbicara dan berjanji untuk program tersebut. Setiap ucapannya
selalu mempertimbangkan peluang realisasinya. Jika tidak bisa direalisasikan,
Taufik Madjid akan mempertimbangkan untuk tidak mengucapkannya.
Apakah Taufik Madjid adalah sosok pemimpin yang punya
integritas? Jawabannya; sepenuhnya belum. Tapi jika dikomparasikan dengan figur
lain atau yang pernah memimpin Maluku Utara, bisa dibilang Taufik Majid lebih
dari layak.
Buktinya, Taufik Madjid sudah berbuat untuk Maluku Utara, meski dia tidak sedang memimpin Maluku Utara. Tidak ada salahnya, kita (masyarakat) Maluku Utara memberi kesempatan pada Taufik Madjid untuk memimpin Maluku Utara dengan gayanya yang khas. (*)